Text
Aku Beriman Maka Aku Bertanya
Jika ditanya mengapa Prof. Jerey Lang masuk Islam dua dasawarsa silam, jawabannya singkat saja : Al Quran. Bacalah Al Quran dengan terus bertanya, niscaya segala tanya akan terjawab. Itulah pengalaman tak terlupakan dari Prof. Lang, sebuah dialog ruhani yang menantang sekaligus menyejukkan. Berbagai gugatan dan kegelisahan akalnya terjawab secara meyakinkan dalam Al Quran. Kini - saat Islam menjadi agama paling pesat perkembangannya di Amerika, terbesar kedua setelah Kristen, dan paling gencar dicitrakan buruk - giliran sang profesor yang digugat untuk menjawab. Generasi muslim setelahnya mengalami banyak kesukaran merengkuh Islam di tengah-tengah budaya sekuler. Mereka pun melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis, bahkan subversif, seputar Islam: autentisitas Al-Quran, sifat-sifat Allah, derita manusia dan keadilan Allah, kenabian Muhammad dan pernikahan beliau, pemindahan kiblat, serta dinamika keberagamaan muslim kontemporer lainnya.
Apa adanya, objektif, dan tak mengelak dari kontroversi. Itulah gaya Prof. Lang menjawab pertanyaan. Menurutnya, pertanyaan rasional tidak akan merongrong iman, Justru, untuk menggapai iman sejati, kita harus membebaskan diri dari tradisi dan memeriksa keyakinan-keyakinan kita secara rasional. Jawaban-jawaban Prof. Lang pun tak hanya logis dan tak terbantahkan, tapi juga menyegarkan iman lewat penuturan pengalaman-pengalaman spiritualnya. Buku ini mengulas banyak pertanyaan yang dianggap tabu dilontarkan di masjid atau forum-forum keagamaan konservatif. Uniknya, banyak penanya di buku ini yang mengakhiri pertanyaan mereka dengan kekhawatiran dianggap ateis atau subversif kepada Tuhan. Ini artinya, mereka bertanya kerena masih beriman dan butuh alasan menyakinkan; karena mereka mengaktifkan akal dalam mengimani Allah.
DR. JEFFRY LANG adalah Guru Besar Matematika di Universitas Kansas, Lawrence, Amerika Serikat. Buku yang anda pegang ini merupakan bagian pertama dari buku ketiganya, Losing My Religion: A Call for Help (2004), yang dalam edisi Indonesianya sengaja dibagi menjadi dua demi kemudahan anda membacanya. Bagian kedia secara lebih terperinci membahas buramnya kehidupan kalangan muda muslim serta menjawab dengan tangkas pertanyaan-pertanyaan seputar hadis, peran akal, patriarki, dan budaya masjid. (less)
Tidak tersedia versi lain