Text
Penggunaan Larva (Maggot) Black Soldier Fly (BSF) Dalam Pengolahan Limbah Organik
Pengolahan sampah atau limbah telah menjadi salah satu fokus perhatian penting bagi
otoritas pengelola lingkungan hidup di Indonesia. Persentase sampah terbesar di Indonesia
adalah fraksi organik, yaitu mencapai 60%. Bahkan, pada beberapa lokasi bisa mencapai 74%
dari timbulan sampah padat perkotaan. Pada sisi lain, pengolahan limbah di tempat asal
(treatment at source) masih relatif kecil porsinya. Dengan kata lain, sebagian besar limbah
tetap diangkut ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), dimana di beberapa wilayah di Indonesia
kapasitas TPA telah terlampaui. Oleh sebab itu, diperlukan metode terbaik untuk mengatasi
masalah sampah ini, yaitu antara lain dengan melalui proses dekomposisi di tempat asal, yaitu
di rumah tangga, pasar, kompleks perkantoran, pusat perbelanjaan, kawasan bisnis, dsb.
Umumnya masyarakat beranggapan bahwa mengolah limbah rumah tangga di rumah sendiri
akan berakibat timbulnya polusi lain, yaitu polusi bau. Anggapan ini sering muncul tanpa
didasari oleh pengalaman, melainkan hanya dugaan. Dugaan tersebut bisa jadi benar adanya
apabila limbah yang dimaksud merupakan limbah yang tercampur aduk antara organik dan
anorganik dengan kondisi pengelolaan yang sembarangan tanpa mengikuti kaidah yang
benar. Buku ini berisi uraian tentang dekomposisi limbah organik menggunakan larva Black
Soldier Fly (BSF), yaitu proses untuk mengolah limbah organik yang bebas polusi bau dengan
metode yang benar. BSF adalah sejenis serangga dengan nama ilmiah Hermetia illucens L. dan
termasuk dalam ordo Diptera. Larva BSF mampu mencerna limbah organik, terutama yang
bertekstur lunak, hingga 50% total massa yang diberikan dalam waktu 7 hari. Semakin lunak
teksturnya, semakin cepat proses dekomposisinya. Proses dekomposisi ini dapat berlangsung
lancar, baik pada skala rumah tangga, maupun skala komunal. Larva BSF dapat hidup optimal
pada suhu +29oC dan tersebar pada wilayah dalam rentang 40o Lintang Utara hingga 45o
Lintang Selatan. Indonesia memiliki iklim yang cocok bagi perkembangan larva BSF. Siklus
hidup BSF meliputi fase telur, fase larva, fase pre-pupa, fase pupa, dan fase lalat BSF yang
secara keseluruhan berlangsung dalam waktu 30-32 hari. Keuntungan dari pengolahan limbah
menggunakan larva BSF adalah hasil dari dekomposisi limbah organik tersebut, yaitu berupa
protein dari larva BSF dan produk dekomposisi yang berupa kompos. Kandungan protein larva
BSF dapat mencapai 40%, walaupun dalam sebagian penelitian hanya dapat mencapai 36%.
Protein dari larva BSF dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak, baik digunakan secara
langsung, maupun melalui pengolahan lanjut. Kompos hasil dekomposisi limbah organik
menggunakan larva BSF telah diuji dan memiliki kualitas yang baik sesuai SNI 19-7030-2004.
Pengolahan limbah organik menggunakan larva BSF bisa menjadi solusi masalah pengelolaan
sampau yang menjanjikan dan memiliki banyak keuntungan serta dapat diterapkan,baik dalam skala rumah tangga, maupun skala komunal indonesia
Tidak tersedia versi lain