Text
Bukan Pasar Malam
Tokoh aku sebagai seorang prajurit revolusi yang mendekam dipenjara selama satu setengah tahun karena peristiwa pemberontakan dalam pendudukan merah oleh Pesindo. Tak lama saat tokoh aku keluar dari penjara, ia mendapat surat dari seorang pamannya yang memberitakan kalau ayahnya sedang sakit terserang TBC dan dirawat di rumah sakit, akhirnya ia bersama istrinya bergegas pulang ke kampung halamannya, Blora, menggunakan kereta api.
Sesampainya di Blora, mereka disambut adik-adiknya yang tujuh bersaudara itu. Akan tetapi salah satu adiknya tidak nampak menyambutnya karena sedang sakit malaria. Perasaan senang yang diiringi sedih, karena dia sampai di rumah tapi ayahnya sakit dan adiknya yang ketiga juga sakit. Tak lama kemudian tokoh aku beserta isterinya berangkat menuju rumah sakit dimana tempat ayahnya dirawat, perasaan sedih menyelimuti hati karena melihat keadaan ayahnya yang sekarang kurus digerogoti penyakit.
Karena berminggu-minggu lamanya ayahnya tak jua kunjung sembuh, paman dan bibi tokoh aku mempunyai niatan untuk pergi ke dukun guna meminta pertolongan untuk menyembuhkan penyakit ayahnya karena masyarakat sekitar sangat percaya hal-hal yang berbau mistis. Akan tetapi tindakan yang diambil oleh paman dan bibinya itu tidak membuahkan hasil yang bagus, hasilnya pun tetap sama, penyakit yang diderita tak kunjung sembuh.
Sembuh yang tak kunjung datang membuat ayahnya tokoh aku meminta untuk dibawa pulang, sesampai di rumah tokoh aku, isterinya dan adiknya selalu menunggui ayahnya di tempat tidur. Karena penyakit yang tak kunjung sembuh itu akhirnya tak lama kemudian Tuhan pun menunjukkan kuasanya mencabut nyawa ayahnya, kematian ayahnya memberikan kesedihan yang begitu kepada keluarganya terutama tokoh aku. Sesosok figur ayah yang begitu dikagumi oleh tokoh aku karena kejujuran dan kegigihan hati, tokoh aku begitu kagum terhadap ayahnya dan sangat mempelajari hidup karena ayahnya.
Tidak tersedia versi lain