Text
Tragedi Leuwigajah
Tragedi Leuwigajah 21 Februari 2005 merupakan bencana alam terbesar kedua di dunia yang pernah terjadi dari pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah karena menewaskan lebih dari 143 orang. Sebelumnya, 10 Juli 2000, TPA Payatas, Quezon City, Filipina, longsoran sampah juga mengubur lebih dari 200 orang. Angka itu belum termasuk ratusan orang lainnya yang hilang dalam bencana tersebut. Inilah rekor korban tertinggi di dunia.
Tragedi Leuwigajah menyisakan kepedihan mendalam. Begitu pula bagi mereka yang selamat, kehilangan orang-orang yang dicintainya itu menimbulkan luka di hati. Inilah kisah nyata mereka yang selamat dari maut.
Selama 15 hari masa evakuasi, banyak ditemui keajaiban. Ketika tim mengevakuasi mayat dalam posisi sedang sholat, tiba-tiba bau sampah yang membusuk itu berubah menjadi aroma harum yang menyebar di segala arah. Ada pula ponsel milik korban yang sudah terendam sampah dan air selama lima hari, tiba-tiba berdering.
Sampah tak jauh dari kesan yang kotor, jorok, dan bau. Karena sifat inilah banyak orang tidak tertarik untuk memanfaatkannya menjadi benda bernilai ekonomi. Padahal, dengan sentuhan teknologi sederhana, aroma sampah bisa diharumkan. Lalu teknologi mana saja yang cocok untuk Indonesia?
Beragam foto eksklusif disajikan baik sebelum maupun sesudah terjadinya tragedi Leuwigajah. Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua DPR Agung Laksono, Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Gubernur Jabar Dani Setiawan, Walikota Cimahi HM Itoc Tochija, Bupati Bandung Obar Subarna, Dandim Bandung Letkol Ahmad Saefudin, relawan, pers, dan masyarakat luas memberikan simpati secara langsung di tempat kejadian.
Tidak tersedia versi lain